Masyarakatpun seolah mendadak menjadi patriot. Seolah-olah mereka sudah cukup nyaman dan bangga dengan label merdeka yang dimiliki bangsa ini. Memang, kemerdekaan Indonesia didapat dengan cara merebutnya dari penjajah. Sekali lagi: merebut. Kita tidak merdeka dengan cara diberi layaknya negara tetangga kita.
DalamMerdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ada 2 hal besar yang perlu diketahui yaitu Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Sebelum mengetahui kampus merdeka, kita terlebih dahulu mengenal apa itu Merdeka Belajar, apa arti dan maksud dari Merdeka Belajar disini. Maksud atau arti dari Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi
Negarakita sudah merdeka, sejak tanggal 17 Agustus 1945. Sudah 76 tahun Indonesia merdeka. PROKLAMASI Setelah disepakati, bahwa proklamasi kemerdekaan diumumkan pada tanggal 17 Agustus. Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Awalnya proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikada. Tetapi pasukan Jepang terus berpatroli di
Kamisudah melakukan relaksasi kurikulum kampus merdeka sehingga mahasiswa baru ada di koridor kurikulum kampus merdeka. Target kami, setelah mahasiswa selesai 5 (lima) semester. Selama 2.5 tahun dididik di prodi kemudian dievaluasi, setelah itu akan kita lihat seberapa jauh kompetensi dan sejauh mana capaian pembelajarannya.
EAjelaskan lebih detail bagaimana Career Mode di FIFA 23 bekerja.. Setelah resmi mengumumkan FIFA 23 akan jadi judul terakhir game bola EA, mereka kemudian menjelaskan apa saja perubahan dasar yang terjadi dalam game-nya.Kini, kita dapatkan informasi baru tentang seperti apa Career Mode-nya. Dalam artikel terbaru Pitch Notes-nya,
Tahunajaran baru sudah di depan mata, semua guru di Indonesia siap dengan segala perubahan ke arah kemajuan, salah satunya, kurikulum merdeka. Desain kurikulum yang memberikan keleluasaan kepada sekolah dan guru untuk berkreasi dan berinovasi sesuai dengan kondisi sekolah serta siswa. Siswa dan guru tak lagi terpasung. Dalam kurikulum ini ada istilah
8Likes, 0 Comments - MBKM UGM (@mbkm_ugm) on Instagram: “Hai SobatMBKM-UGM! Apa itu magang merdeka? Sobat sudah tau
BacaJuga: Mengenal Apa itu Mode Pesawat dan Fungsinya saat Kita Sedang Tidak Berada di Pesawat Ternyata bisa, lo! Selama penerima e-mail belum membuka e-mail dari kita dan belum terlalu lama dari waktu kita mengirim, kita masih bisa menarik kembali e-mail tersebut.. Ada beberapa langkah yang perlu kita lakukan untuk bisa menarik e-mail kita..
Q0Qm9wB. Indonesia telah menjadi negara yang merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Merdeka atas penjajahan dan merdeka atas negaranya sendiri. Sudah 76 tahun berlalu dan kita sampai saat ini masih bisa merasakan kemerdekaan tersebut. Tapi apakah kita telah benar-benar merdeka? Sejarahnya kita memang negara yang merdeka, tapi kita seolah-olah hanya berjalan di tempat dan masih setia menyandang negara berkembang. Bukan bermaksud membandingkan, tapi Korea Selatan yang kemerdekaannya hanya berbeda 2 hari saja dengan Indonesia, kini telah berhasil menjadi negara yang maju, oke, hanya berbeda 2 hari, mungkin bukan perbedaan yang jauh. Bagaimana dengan Singapura yang baru merdeka pada 9 Agustus 1965?. Dengan kata lain, setelah 20 tahun kita merdeka, barulah Singapura menjadi sebuah negara merdeka, walaupun sebelumnya masih menjadi bagian dari negara Malaysia. Kenyataannya, negara kita memang sedang menghadapi banyak masalah, mulai dari perekonomian, infrastruktur, pandemi covid, dan masih banyak lagi. Tapi pernahkah kita menerung apa sebenarnya akar masalah dari negara kita?. Untuk menjawab pertanyaan besar tersebut, kita bisa berangkat dari buruknya rangking Indonesia pada PISA Programme for International Student Assessment, sebuah tes yang dilakukan oleh OECD Organisation for Economic Co-operation and Development, tes tersebut menguji kemampuan anak-anak di seluruh dunia dalam membaca reading, matematika mathematics, dan sains science. Tes ini diadakan setiap 3 tahun sekali dan pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 Negara, sedangkan pada tahun 2018, Indonesia menempati peringkat 70 dari 78 Negara. Menariknya lagi, yang berada di peringkat satunya bukanlah Amerika, China, ataupun Negara super power lainnya, melainkan Singapura. Berbicara tentang PISA lagi, pada dasarnya PISA bukanlah sebuah tes untuk tahu pencapaian siswa dari kegiatan pembelajaran, melainkan adalah untuk mengukur seberapa siap seorang siswa untuk bisa survive dalam menjalankan kehidupannya. Mengingat bahwa jaman terus berkembang dan terus mengalami perubahan. Dari sini kita belajar bahwa, masih banyak siswa di Indonesia belum siap untuk menjalankan kehidupan yang serba modern dengan perubahan yang sangat cepat. Pendidikan kita terbilang lambat untuk mengikuti trend dan kebutuhan industri di segala bidang pada saat ini. Sebagai contoh, sekarang kita memasuki era digital, dimana semua bisa diakses melalui internet, salah satunya adalah Youtube. Dari sebelum Youtube menjadi sebuah wadah pekerjaan sampai menjadi sumber penghasil uang. Sistem Pendidikan kita tak sekalipun berubah dan peka terhadap perubahan digital. Salah satunya adalah tidak diajarkannya di sekolah tentang penggunaan media digital. Pemerintah seharusnya menjaga iklim Pendidikan di Indonesia clime control, yaitu mengawasi jalannya pendidikan agar berjalan dengan baik. Sir Ken Robinson dalam sebuah kesempatan di TED mengatakan “Masalahnya adalah pendidikan tidak berlangsung dari ruang DPR, melainkan dari kelas dan sekolah. Dan yang menjalani Pendidikan formal adalah guru dan murid. Dan jika kamu menghilangkan diskresi itu. Pendidikan tidak dapat berfungsi dengan baik, kita harus mengembalikan Pendidikan ke masyarakat”. Pendidikan itu menyesuaikan dengan kondisi dan keinginan masyarakatnya. Dewasa ini, sudah berapa tahun waktu yang kita berikan untuk menjalani pendidikan kita?. Sekurang-kurangnya 12 tahun merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menjalani pendidikannya di Indonesia, itupun bagi mereka yang mampu. Selama kurun waktu tersebut, berapa banyak mata pelajaran yang kemudian berguna dalam dunia pekerjaan dan masyarakat? atau setidaknya dari 12 tahun itu, pelajaran mana yang sangat berguna untuk siswa itu bisa melanjutkan kehidupannya?. Mari berpikir dan merenung sejenak. Ki Hajar Dewantara merumuskan Pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk memerdekakan manusia. Apa maksud dari manusia yang merdeka itu?, yaitu manusia yang selamat raganya dan manusia yang bahagia. Apakah selama ini sekolah mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang merdeka? Manusia yang selamat raganya dan bahagia hidupnya?. Jawabannya lagi-lagi bisa kita pikir sendiri. Ki Hajar Dewantara, melalui filosofi tri rahayu menjelaskan 3 peran penting pendidikan, Memajukan dan menjaga diri Memelihara dan menjaga bangsa Memelihara dan menjaga dunia. Jika kita mampu memerdekakan satu orang, itu adalah langkah awal memerdekakan satu keluarga. Memerdekakan satu keluarga adalah langkah awal memerdekakan satu daerah. Dan Memerdekakan satu daerah adalah langkah awal memerdekakan satu bangsa. Lant Pritchett, professor dari Oxford University dalam tulisannya berjudul “The Need for a Pivot to Learning New Data on Adult Skills from Indonesia” pada 2016 mengatakan anak Indonesia yang tinggal di Jakarta dan telah menyelesaikan pendidikan tinggi memiliki literasi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak Yunani atau Denmark yang baru menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya. Beliau menambahkan, terdapat sebuah kesenjangan kemampuan yang dimiliki anak Indonesia, dan bila gap/kesenjangan tersebut diukur dalam satuan waktu, kita, negara Indonesia tertinggal selama 128 tahun. Kualitas Pendidikan secara tidak langsung juga mengukur kualitas guru. Hasil uji kompetensi guru UKG tahun 2015 menunjukkan rata-rata nilai UKG di Indonesia adalah dari 100. Dampak yang tejadi dari nilai UKG tersebut adalah sulitnya komunikasi mempengaruhi proses transfer ilmu membuat siswa menjadi malas dan kurang senang dengan pelajaran yang sedang dipelajari. Disisi lain, pada tahap Pendidikan selanjutnya, yaitu di perguruan tinggi, siswa sekolah mengenah atas harus mendapatkan kursi pada perguruan tinggi. Pada akhirnya lembaga bimbingan belajar menjadi pilihan untuk menutupi ketidaktahuan pelajaran yang diajarkan di dalam kelas. Dewasa ini, untuk bimbingan belajar pada umumnya apalagi kusus persiapan masuk perguruan tinggi menghabiskan 5 Juta rupiah. Padahal kita semua sadar bahwa tidak semua siswa tersebut mampu untuk membayar atau mengikuti bimbingan tersebut. “apakah hanya sampai disitu masalahnya?” “jawabannya, tidak” Tahun 2030 kita akan menghadapi bonus demografi, dimana angka populasi manusia produktif 15-64 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan angka populasi manusia non-produktif 64 tahun ke atas. Bonus demografi merupakan sebuah penawar sekaligus akan menjadi senjata yang mematikan bagi bangsa Indonesia. Kenapa?. Bonus demografi dapat dianalogikan seperti rumah tangga, bila jumlah pekerja dalam keluarga tersebut lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak bekerja, maka keluarga itu akan makmur dan sejahtera. Dimana masyarakat pada usia produktif mampu bekerja dan memberikan kontribusi terbaik yang relevan terhadap perkembangan dunia industri dan digital. Sebaliknya, setelah terjadinya bonus demografi, muncul demographic burden atau beban demografi. Beban demografi artinya dimana angka populasi usia non-produktif lebih banyak dibandingkan dengan populasi usia produktif. Dalam sebuah artikel berjudul “Attaining the Demographic Bonus in Indonesia” oleh Teguh Warsito, pemerintah Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan meningkatkan kualitas pendidikan, penyamarataan pendidikan, mengurangi lama waktu pendidikan, dan memanfaatkan internet untuk mengedukasi masyarakat. Pendidikan sekali lagi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Sehingga mari coba kita tanyakan pertanyaan yang tadi sempat muncul di awal. “Apasih sebenarnya akar masalah dari negara kita?” “Jawabannya adalah pendidikan kita”. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah sepenuhnya dan juga tidak bisa membiarkan pemerintah memegang penuh kendali pendidikan, melainkan kita harus bekerja sama dengan semua elemen pendidikan yang ada di negara kita, diantaranya adalah, pemerintah, masyarakat, guru, sekolah dan yang terakhir adalah pihak swasta. Siapakah pihak swasta itu?. Mereka adalah pihak yang bergerak secara mandiri, pihak-pihak yang berusaha mencari solusi dengan gagasan-gagasan dan ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah di ranah pendidiakn. Contoh pihak swasta tersebut adalah Ruang Guru, Zenius, Pahamify, Quipper, dan masih banyak lagi. Menurut penulis, terdapat sedikit penekanan untuk kata “pihak swasta”. Karena inilah wadah dan tempat berkumpulnya ide kreatif, niat baik dan gagasan inovasi. Contoh dari luar dunia pendidikan adalah Gojek, aplikasi yang mempertemukan penumpang dan supir/pengendara motor melalui aplikasi yang sama-sama saling menguntungkan kedua pihak. Begitu pula dengan pihak swasta yang berada dalam ranah dunia Pendidikan kita, sekarang adalah tugas anak-anak muda yang penuh ide-ide baru, gagasan kratif, inovasi, dan semangat yang berapi-api untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia ke arah lebih baik. Penulis yakin, mengolaborasikan bonus demografi dengan inovasi usia produktif anak Indonesia adalah salah satu penawar yang mampu mengobati banga kita atau bahkan memberikan dorongan untuk bangsa ini agar bisa menjadi bangsa yang maju. “Mari kita sama-sama berdoa dan berusaha serta bersinergi untuk memperbaiki bangsa ini, mulai dari diri kita sendiri”
Jakarta - Apakah kita sudah merdeka. Mungkin jawaban ini seluruh orang bisa menjawabnya karena sudah diproklamirkan oleh Bapak Ploklamator kita. Secara tertulis memang kita sudah merdeka. Namun, secara realita kesehariannya kita masih belum 'merdeka'. Beberapa bukti kita belum merdeka secara utuh1. Kita masih belum bebas menggunakan Bahasa Indonesia di Negara sendiri. Dengan bukti banyaknya perusahaan asing yang berdiri di Indonesia mewajibkan semua pekerja yang akan dan berkerja di perusahaan tersebut menggunakan Bahasa Asing. Seharusnya Indonesia mengatur mereka bukan mereka mengatur Indonesia. Semestinya pemerintah bisa menerapkan peraturan semua usaha yang berdiri atas modal asing di Indonesia diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia. Ini merupakan suatu bukti kita masih terjajah. Kita tidak bebas menggunakan Bahasa Indonesia di negara Kita masih terjajah secara ekonomi. Ini dilihat dari sistem perdagangan kita. Barang atau sumber daya alam yang nomor 1 satu diekspor ke luar negri. Kualitas nomor 2 dua itu yang dikonsumsi oleh Indonesia. Bagaimana kita akan menjadi masyakat yang sehat, cerdas, kalau yang dimakan yang kualitas jelek. Pepatah yang cocok buat negeri ini adalah 'ayam mati di lumbung padi'. Kita memiliki semuanya tapi kita tidak bisa menikmatinya. Pemerintah bukan lagi pengayom masyarakat tapi preman pasar yang sedang meminta upeti kepada masyarakat. Jadi apa bedanya. Dulu kita dijajah bangsa asing, dan sekarang dijajah oleh bangsa sendiri. Apakah ini yang dinamakan merdeka. Salah satu akibat dari persoalan di atasa. Banyaknya pengangguran di mana mereka terhalang dengan namanya Bahasa Asing yang tidak memenuhi syarat. Kita bisa berguru ke Negeri Sakura di mana mereka menerapkan bahasa mereka dalam berbagai aspek kehidupan dalam Banyaknya para pencari kerja mengharapkan bisa menjadi PNS. Karena, itulah satu-satunya pekerjaan yang tidak meminta syarat banyak. Banyak hal lagi yang tidak saya sampaikan dalam tulisan ini. Mungkin suatu saat pemerintah kita bisa menyelesaikan semua permasalah yang melanda bangsa Taman Brawijaya III Jakarta 08197544812 msh/msh
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. BENARKAH KITA SUDAH MERDEKA ?Tepat hari ini adalah hari kemerdekaan Negara kita yaitu Indonesia tercinta yang ke 68 tahun, juga bersamaan dengan hari ulang tahun putraku satu-satunya yang ke 16 tahun. Banyak slogan “Merdeka” bertebaran di mana-mana, membawa asumsi kita menilai bahwa sepertinya kita ini sudah benar-benar merdeka, tetapi sebetulnya apakah kita ini memang benar-benar merdeka lahir dan batin , jiwa dan roh?Ketika masih banyak orang yang buta huruf, maka orang berpikir bahwa bagi mereka yang buta huruf itu masih terjajah oleh kebodohan. Ketika orang masih menggunakan kehidupan yang sederhana, maka orang mengatakan bahwa mereka masih terjajah oleh kemiskinan. Dalam menilai segala sesuatu, standart atau patokan apakah yang masih dipakai untuk semua ini ? Di era globalisasi seperti sekarang inipun, banyak orang yang menggunakan penilaian kalau orang semakin modern akan semakin canggih dalam menggunakan IT akan semakin maju dan merdeka. Dari sudut pandang inilah, orang berbondong-bondong mempelajari dan menggunakan alat-alat canggih yang beredar dengan begitu banyak pilihan, mulai dari merk, fitur, dan dunia pendidikan dan bisnispun, banyak sekali slogan-slogan yang ingin mempengaruhi cara berpikir dan berusaha menarik mereka untuk bergabung menjadi seperti apa yang mereka inginkan, seperti “Financial freedom”. Siapa sih yang tidak tertarik untuk menjadi kaya ? pastilah semua orang menginginkan hal tersebut, karena memang itu kebutuhan untuk hidup di dunia ini. Tetapi segala sesuatu yang berlebihan, dan tidak di kelola dengan benar, maka justru membuka celah untuk yang tidak kita inginkan atau terduga masuk, dan tanpa sadar mempengaruhi ,menjerat ,yang pada akhirnya membawa kerusakan – dalam keseimbangan dalam segala hal , itulah yang akan melatih kita untuk tetap selalu mawas diri, tetapi tidak semua orang akan setuju ataupun memiliki kekuatan untuk melakukannnya. Tarikan-tarikan untuk terus melakukan apa yang dianggap benar dalam persepsinya dan keinginan-keinginan daging , nafsu dan penerimaan diri di tengah-tengah masyarakat akan terus bergolak dan berjuang di dalam jiwa dulu pahlawan-pahlawan kita bersatu dan berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan bagi bangsa dan Negara kita dari segala penjajah. Setelah mereka berhasil mengusir penjajah dan mendapatkan kemerdekaan, perjuangan berikutnya adalah bagaimana memajukan pendidikan, ekonomi dan mendirikan Negara kesatuan Republik Indonesia. Sekarang ini kita telah menikmati Negara yang jauh berubah dan berkembang di bandingkan dahulu, walaupun masih banyak orang menganggap Indonesia masih tertinggal cukup jauh dengan Negara-negara tetangga atau seasia. Saya pribadipun tetap menghargai para pejuang-pejuang yang telah rela berkorban sampai tetes darah penghabisan untuk mewujudkan Negara kesatuan Indonesia yang makmur ini, bagi kita yang dapat menikmati kemerdekaan Negara Indonesia tercinta,cobalah menengok ke dalam diri kita, apakah kita memang sudah sudah benar-benar merdeka di dalam cara berpikir ? di dalam gaya hidup sehari-hari ? di dalam menjaga kesatuan keluarga ? di dalam menghargai upaya orang-orang yang telah berjuang untuk membangun bangsa dan Negara ini, dengan meneruskannya di dalam tingkah laku kita sehari-hari mulai dari hal-hal yang kecil seperti disiplin diri,menjaga lingkungan tetap bersih, aman dan damai ?Memang untuk membangun tidak semudah untuk merusak ataumeruntuhkannya. Di dalam hal inilah perjuangan kita sesungguhnya ,untuk mendahulukan kepentingan-kepentingan orang lain daripada kepentingan-kepentingan pribadi kita. Inilah kemerdekaan kita, yaitu apabila kita dapat hidup dalam penguasaan diri,melakukan tugas dengan ikhlas,tanggung jawab dan menularkan sikap bijak kepada orang hidup di akhir zaman ini memang kita akan melewati masa yang sukar, di mana kasih akan orang semakin dingin karena kejahatan yang semakin bertambah, manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih,tidak memperdulikan agama,tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang,tidak dapat mengekang diri,garang,tidak suka yang baik,suka berkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menurut I Allah, walau secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kita sungguh-sungguh merdeka, berdirilah teguh di dalam iman dan kasih Tuhan, oleh Roh-Nya dan jangan mau lagi di kenakan kuk perhambaan. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh hari ini akan menjadi hari awal yang akan mengubahkan hidup kita di dalam kemerdekaan yang sesungguhnya, bukan hanya slogan ataupun bagian kulitnya. Lihat Catatan Selengkapnya